-
Cinta Kepada Allah
30/01/2024 | Muhammad Syukri S.Ag SH MHCinta kepada Allah merupakan konsekuensi keimanan. Tidak akan sempurna tauhid (peng-Esaan) kepada Allah hingga seorang hamba mencintai Tuhannya secara sempurna. Kecintaa tidak bisa didefinisikan dengan lebih jelas kecuali dengan kata “kecintaan” itu sendiri. Suatu kecintaan yang apabila telah melekat di hati seseorang dan memuncak, akan menjadi al-Walah (ketundukan/peribadatan), dan al-Walah adalah kecintaan yang sangat dalam. Karenanya at-taalluh (ketundukan dan peribadatan) kepada Allah adalah bentuk kecintaan yang dalam kepada Allah dan kecintaan terhadap perkara yang datang dari sisi Allah.Jika seorang hamba mencintai bukan karena Allah, kecintaannya kepada Allah pasti akan berkurang, bahkan semakin lemah. Cinta seseorang akan menjadi benar jika dia membenci apa yang dibenci Allah, yakni kekufuran.
Cinta kepada Allah, bukanlah sembarang cinta; tidak ada suatu apapun yang lebih dicintai dalam hati seseorang selain Sang Penciptanya, Kreatornya. Dialah Tuhannya, Sesembahannya, Pelindungnya, Pengayomnya, Pengaturnya, Pemberi rezekinya, dan Pemberi hidup dan matinya. Maka mencintai Allah –subhanahu wa ta’ala- merupakan kesejukan hati, kehidupan jiwa, kebahagiaan sukma, hidangan batin, cahaya akal budi, penyejuk pandangan dan pelipur perasaan.Islam telah mengajarkan kepada kita untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya. Karena itu banyak kaum Muslimin berusaha menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya sebagai wujud kecintaannya kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW pernah berkata sebagaimana yang diriwayatkan Anas bin Malik: Yang artinya: “Ada tiga perkara yang jika ketiganya dimiliki seseorang maka dia (dapat) merasakan manisnya iman. Yaitu orang yang hanya mencintai Allah dan RasulNya, orang yang hanya mencinta atau tidak mencinta karena Allah, dan orang yang enggan kembali dalam kekufuran setelah Allah menyelamatkannya dari kekufuran itu sebagaimana dia enggan dilemparkan ke dalam neraka,".
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauzi dalam kitabnya berjudul Raudhah Al-Muhibbin menjelaskan, cinta seseorang kepada Rasulullah juga sudah termasuk cintanya kepada Allah. Sedangkan, cintanya seseorang kepada Allah itu maka semua yang dimaksudkan kepadanya adalah karena Allah SWT.Sebagaimana yang telah dijabarkan dalam hadits di atas, kebencian itu harus seperti kebencian seseorang jika dilemparkan ke dalam neraka. Tidak dapat diragukan lagi, inilah cinta yang paling agung yaitu mencintai Allah melebihi cinta terhadap segala sesuatu.
Cinta kepada Allah berarti Anda mengutamakan segala sesuatu yang disenangi Allah di atas diri Anda, jiwa Anda dan harta benda Anda, lalu ketaatan Anda kepada Allah dalam kesendirian dan keramaian, kemudian kesadaran diri akan kelalaian Anda dalam mencintai Allah. Seharusnya secara totalitas Anda mencintai Allah dengan mencurahkan jiwa dan raga serta pengembaraan hati dalam upaya mencari Sang Kekasih, dengan lisan yang selalu bergerak untuk menyebut nama-Nya. Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda : “Aku memohon kepada-Mu agar dapat mencintai-Mu, mencintai orang-orang yang mencintai-Mu dan mencintai amal yang mendekatkan diriku untuk mencinta-Mu.”
